Setitik Kisah Lampau

By Muhammad Anshor - September 30, 2020

 


September 2005, Kampus Unhas Tamalanrea

 

SEORANG pria. Teman kuliah. Cerita kalo ia sering ribut dengan pacarnya. Seakan komunikasi gak pernah nyambung. Gak konek. Obrolan biasa pun tak jarang berujung pada pertengkaran hebat. Mereka terancam putus. 

 

Teman saya ini sangat mencintai si wanita dan ingin mempertahankan hubungannya. 

 

Tapi kenapa ia menceritakan masalah tersebut pada saya? Apa ia sekedar curhat dan hanya butuh seseorang untuk mendengarnya? Atau jangan-jangan ia ingin meminta nasehat?

 

Kalau nasehat, saya bisa pastikan ia salah tempat. Saat itu saya sedang jomblo dan minim pengalaman soal percintaan. Jangankan menasehati orang lain, menasehati diri sendiri agar tidak gugup saat bicara dengan gebetan saja saya masih gagal.

 

Jadi tidak elok rasanya, saya yang belum berhasil menjalin sebuah hubungan memberi nasehat pada mereka yang sudah berpengalaman mengenai lika-liku percintaan.

 

 

"Kira-kira apa solusinya bro?"

 

Ahh, ternyata benar. Dia meminta nasehat. Dari mimiknya, ia sepertinya bersungguh-sungguh. Saya dilema.  Sebagai teman, saya ingin membantunya. Di sisi lain saya takut nasehat saya malah menjadi bumerang. Niatnya mempersatukan, malah membubarkan.

 

Lalu entah dapat bisikan dari mana, tiba-tiba saya bilang ke teman saya : "Jangan katakan pada pacarmu apa yg menurutmu benar. Katakan saja apa yang ia ingin dengar".

 

----

 

Desember 2005. Kampus Unhas. Menjelang wisuda. 

 

Ia tersenyum dan melambaikan tangannya ketika melihatku dari kejauhan. Ia mendekat lalu bertanya:

 

“Apa kabar?”

 

“Baik,” jawabku.

 

“Ngomong-ngomong, terima kasih atas nasehatnya waktu itu”

 

“Nasehat apa?” spontan saya bertanya.

 

Temanku ini hanya tersenyum. Saya pun mencoba mengingat-ingat nasehat apa gerangan yang pernah saya berikan yang sampai membuatnya berterima kasih.

 

“Saya dan pacar sampai saat ini bertahan dan mungkin akan ke jenjang selanjutnya,” ujarnya.

 

Oh, ternyata nasehat yang waktu itu. Kaget juga jika nasehat itu ampuh padahal saya spontan aja mengucapkannya. Tapi sudahlah, yang penting dia masih bersama orang yang dicintainya. 

Soal cinta ternyata saya pandai menasehati orang lain. Sepertinya saya juga harus berlatih untuk menasehati diri sendiri.(*).

 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar