“Salah satu perkara yang membinasakan manusia adalah kagum pada diri
sendiri” - Hadist
*****
SEBERAPA sering Anda lupa akan hari ulang tahun pasangan ? Saya pernah satu kali. Itu terjadi pada Januari 2014. Entah bagaimana ceritanya sehingga bisa lupa. Mungkin karena sedang sibuk atau saya yang sok sibuk.
Januari 2014, siang hari, istri menelpon, memberi “kode”
kalo dia hari itu ulang tahun dan memang saat itu belum ada ucapan selamat dari saya.
Tersentak, kaget dan sedikit pucat, secepat kilat saya mencari-cari alasan.
Saya bilang ke istri bahwa saya telah menulis puisi ulang tahun buatnya dan
akan mengirim puisi itu (rencananya) sebagai kejutan.
Saat itu saya sedang letih, berkeringat dan kepanasan karena
baru berjalan kaki dari kantor BKD Provinsi NTB ke Polda NTB, terus jalan kaki
lagi mencari tempat fotokopi. Setelah dari tempat fotokopi, saya memutuskan mencari
tempat untuk duduk. Saya kemudian singgah di pinggir sebuah ruko yang saat itu
tutup. Tas yang berisi berkas-berkas pemberkasan CPNS saya simpan di dekat
saya.
Setelah menyeka keringat dengan sapu tangan, saya keluarkan blackberry dari saku kemudian mulai
menulis puisi untuk hadiah ulang tahun istri. Entah karena letih atau cuaca saat itu sangat panas, saya
kesulitan untuk merangkai kata. Lagipula sejak kapan saya pintar merangkai
kata? Pintar mencari alasan, iya.
Setelah mengingat beberapa referensi dan kata-kata gombal
yang pernah saya gunakan dengar waktu
kuliah dulu, maka jadilah puisi singkat ini :
Demi Apa, Mentari Pagi Ini
Layaknya
sebuah andai
Ia
tersenyum tanpa arti
Bukan
sinar, pun tanpa cahaya
Jika
aku jauh darinya
Demi apa, mentari pagi ini
Melintas
di sela sepi
Seperti
singkatnya ingatan
dalam
sekelebat mimpi
Aku lupa, aku sepuh, aku rapuh
Ini
hari istimewa
Mentari
tersenyum merangkai Doa
Melintas
membawa berkah bahagia
Pagi ini
Di Hari
jadi
Sang Bidadari
Setelah mengirim puisi ke istri via
blackberry messenger saya kemudian memutuskan untuk pulang. Naik angkot warna kuning. Angkot itu nantinya akan mutar di Ampenan
kemudian menuju jalan Pejanggik. Rencananya saya akan turun depan Mataram Mall,
ngopi-ngopi sebentar lalu pulang ke rumah bibi tempat saya numpang nginap.
Di dalam angkot, mata saya celingak celinguk sana-sini sambil mencoba mengenal tempat atau membaca nama-nama jalan. Maklum saya belum terlalu hafal jalan-jalan di Kota Mataram.
Lalu ada getar dan
bunyi notifikasi BBM yang ternyata dari istri saya. Alhamdulillah istri saya
senang sama puisi yang saya kirimkan. Saya pun tersenyum bahagia dan ada rasa
bangga yang muncul dari dalam dada. Bangga karena bisa mengingat kata-kata
lampau kemudian merangkainya menjadi puisi dan bisa selesai tepat waktu. Ah,
ternyata daya ingat saya masih sekuat ketika masih muda dulu.
Lalu istri saya BBM lagi : “Gimana
pemberkasannya sayang? Lancar?”
Hahhh??? pemberkasan???
pemberkasan apa???
Perasaan saya tiba-tiba tidak
enak dan mulai mengingat-ngingat
Oh iya, berkas-berkas itu mana
??? Tas saya mana???
Astaga lupa, ketinggalan di pinggir
ruko tadi !!!
Pak sopir,,,,,Kiri Pak !!! KIRIIIIIIII !!!
0 komentar