Terik Siang

By Muhammad Anshor - Maret 08, 2021

 


“Salah satu perkara yang membinasakan manusia adalah kagum pada diri sendiri” - Hadist

*****

SEBERAPA sering Anda lupa akan hari ulang tahun pasangan ? Saya pernah satu kali. Itu terjadi pada Januari 2014. Entah bagaimana ceritanya sehingga bisa lupa. Mungkin karena sedang sibuk atau saya yang sok sibuk.

Januari 2014, siang hari, istri menelpon, memberi “kode” kalo dia hari itu ulang tahun dan memang saat itu belum ada ucapan selamat dari saya. Tersentak, kaget dan sedikit pucat, secepat kilat saya mencari-cari alasan. Saya bilang ke istri bahwa saya telah menulis puisi ulang tahun buatnya dan akan mengirim puisi itu (rencananya) sebagai kejutan.

Saat itu saya sedang letih, berkeringat dan kepanasan karena baru berjalan kaki dari kantor BKD Provinsi NTB ke Polda NTB, terus jalan kaki lagi mencari tempat fotokopi. Setelah dari tempat fotokopi, saya memutuskan mencari tempat untuk duduk. Saya kemudian singgah di pinggir sebuah ruko yang saat itu tutup. Tas yang berisi berkas-berkas pemberkasan CPNS saya simpan di dekat saya.

Setelah menyeka keringat dengan sapu tangan, saya keluarkan blackberry dari saku kemudian mulai menulis puisi untuk hadiah ulang tahun istri. Entah karena letih atau cuaca saat itu sangat panas, saya kesulitan untuk merangkai kata. Lagipula sejak kapan saya pintar merangkai kata? Pintar mencari alasan, iya.

Setelah mengingat beberapa referensi dan kata-kata gombal yang pernah saya gunakan  dengar waktu kuliah dulu, maka jadilah puisi singkat ini :

Demi Apa, Mentari Pagi Ini

Layaknya sebuah andai

Ia tersenyum tanpa arti

Bukan sinar, pun tanpa cahaya

Jika aku jauh darinya


Demi apa, mentari pagi ini

Melintas di sela sepi

Seperti singkatnya ingatan

dalam sekelebat mimpi


Aku lupa, aku sepuh, aku rapuh

Ini hari istimewa

Mentari tersenyum merangkai Doa

Melintas membawa berkah bahagia

Pagi ini

Di Hari jadi

Sang Bidadari


Setelah mengirim puisi ke istri via blackberry messenger saya kemudian memutuskan untuk pulang. Naik angkot warna kuning. Angkot itu nantinya akan mutar di Ampenan kemudian menuju jalan Pejanggik. Rencananya saya akan turun depan Mataram Mall, ngopi-ngopi sebentar lalu pulang ke rumah bibi tempat saya numpang nginap.

Di dalam angkot, mata saya celingak celinguk sana-sini sambil mencoba mengenal tempat atau membaca nama-nama jalan. Maklum saya belum terlalu hafal jalan-jalan di Kota Mataram. 

Lalu ada getar dan bunyi notifikasi BBM yang ternyata dari istri saya. Alhamdulillah istri saya senang sama puisi yang saya kirimkan. Saya pun tersenyum bahagia dan ada rasa bangga yang muncul dari dalam dada. Bangga karena bisa mengingat kata-kata lampau kemudian merangkainya menjadi puisi dan bisa selesai tepat waktu. Ah, ternyata daya ingat saya masih sekuat ketika masih muda dulu.

Lalu istri saya BBM lagi : “Gimana pemberkasannya sayang? Lancar?”

Hahhh??? pemberkasan??? pemberkasan apa???

Perasaan saya tiba-tiba tidak enak dan mulai mengingat-ngingat

Oh iya, berkas-berkas itu mana ??? Tas saya mana???

Astaga lupa, ketinggalan di pinggir ruko tadi !!!

Pak sopir,,,,,Kiri Pak !!! KIRIIIIIIII !!!

Sumber gambar

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar