Hal-hal tertunda : Tentang cinta dan yang semestinya (3)
Dok. Pribadi. Akad Nikah , Oktober 2010 |
“Gak usah belajar-belajar lagi soal percintaan, kamu kan udah nikah”. Begitu kata seorang teman. Mungkin hal ini dia katakan karena melihat saya kerap memosting di beberapa platform media sosial tentang nasehat percintaan atau pernikahan.
Hmm, dia tidak tahu kalo nasehat-nasehat yang saya
posting itu sebenarnya saya tujukan untuk diri saya sendiri. Tapi jika itu bisa
bermanfaat buat orang lain, Alhamdulillah. Jika nasehat itu benar, itu dari
Tuhan. Jika salah, murni itu dari saya.
Kenapa kita harus terus belajar tentang apapun, termasuk
soal percintaan dan pernikahan? Karena bagi saya, justru pemahaman tentang cinta
sebenarnya diuji ketika seseorang terikat dengan tanggungjawab dalam sebuah
relasi yang disebut pernikahan. Ini bukan tentang hubungan pacaran yang ngambek
sedikit putus, kecewa sedikit bubar, cemburu sedikit perang.
Pernikahan adalah bentuk komitmen di mana setiap detik
orang bisa diuji dan di saat yang sama, yang harus dia kedepankan adalah
keteguhannya untuk bertahan serta tidak melanggar komitmen kesetiaan hanya
karena keadaan.
Karena hampir tidak ada satu pasangan pun di dunia ini
yang bisa menjamin apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah itu terdengar
seperti hal yang mudah? Jika itu sulit, lalu kenapa kita harus berhenti untuk
belajar?
Karena dia dinamis dengan segala kerumitannya, yang bisa kita lakukan adalah terus belajar dan berusaha yang terbaik untuk mempertahankan hubungan demi kebahagiaan bersama.
Entah nanti apakah pasangan
itu akan dipisah oleh ajal atau oleh putusan pengadilan, yang penting usahakan
dulu yang terbaik serta jaga sekuat mungkin komitmen untuk bersama.
Semoga kebahagiaan selalu menyertai semua pasangan
suami-istri di mana pun berada dan semoga Allah memberikan keharmonisan dalam menjalani kehidupan bersama di
dunia dan mereka kelak kembali dipersatukan oleh Allah di Surga-NYA, Aamiin.(*)
0 komentar