Jelang 11 Tahun. Bagian 2 : Bandara

By Muhammad Anshor - September 27, 2021

 

Gambar : Getty Images

Februari 2008

Deg-degan juga rasanya. Di layar informasi, dua penerbangan sebelum jadwal keberangkatan saya ke Jogja tiba-tiba tertulis “cancelled”. Maskapainya pun sama dengan saya. Sore itu saya sedang berada di ruang tunggu Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.

“Aduh, jangan-jangan penerbangan saya juga dibatalkan. Kalau sampai batal berangkat, mungkin dia bukan jodohku,” batinku saat itu. Tega-teganya saya mengaitkan urusan jodoh yang sepenuhnya di tangan Tuhan dengan pembatalan jadwal keberangkatan pesawat.

Sejak Oktober 2007, saya dan Ida hanya berkenalan melalui telepon, SMS, email dan sesekali via Yahoo Messenger (YM). Dari obrolan itu, kami sepakat menjalani hubungan “Tahu Sama Tahu”. Artinya kami nggak pacaran, tapi dalam hati masing-masing kami sepakat untuk lebih mengenal satu sama lain. Tentu dengan niat menuju ikatan suci pernikahan. Jika cocok.

Keberangkatan saya ke Jogja ini dalam rangka menemuinya langsung untuk pertama kalinya. Saya pernah melihat beberapa foto yang ia kirim via email, jadi sedikit banyaknya saya tahu wajahnya. Orangnya cantik dan ada manis-manisnya gitu.

Sedangkan saya, memilih untuk tidak mengirim foto diri. Takut ketika dia melihat foto saya, dia berubah pikiran mengenai hubungan kami. Jadi ketika kami nanti bertemu di Jogja, itulah kali pertama dia melihat saya. Semoga saja dia tidak kabur.

Lalu terdengar suara pengumuman : 

“Para penumpang pesawat Merpati Nusantara Airlines, dengan nomor penerbangan (saya lupa), tujuan Makassar – Yogyakarta, dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu nomor (entah 1 atau 2, saya lupa juga – gak penting lah ya)”.

Saya pun berdiri, mengambil tas dan jaket. Ada perasaan senang yang menyeruak, ada juga gelisah yang merebak. Apakah ini berarti dia jodoh saya? Ah, lagi-lagi batin saya mencoba menyimpulkan sesuatu yang sakral dengan hal yang masih sangat dini.

Untuk menenangkan diri, saya ingat kembali kalimat yang pernah saya baca : “Jodoh itu takdir. Takdir itu sudah tertakar, maka dia tidak akan pernah tertukar”.(*)


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar