Foto : Kemenparekraf RI |
Februari 2008
: Yogyakarta
Pesawat yang saya tumpangi mendarat di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta pas Maghrib. Sepertinya di sini baru turun hujan. Ini kali pertama saya ke Jogja.
Untuk tempat menginap
selama di Jogja, saya meminta bantuan Ida untuk mencarinya. Sebelum menuju
Pintu Keluar bandara, saya berdoa dulu : semoga niat baik ini, berakhir juga
dengan baik, Aamiin.
Setelah beberapa
langkah menuju Pintu Keluar, belum ada seorang pun menyambut saya. Sedangkan
penumpang lain sudah disambut keluarga maupun penjemput lainnya. Ida mana ya? Jangan-jangan
dia gak jadi jemput? Mana saya tidak tahu sama sekali jalan di Jogja.
Lalu saya menoleh ke arah tempat duduk penumpang. Saya lihat ada seorang gadis berjilbab berjalan dengan tergesa-gesa. Saya terus melihatnya.
Apakah itu Ida? Lalu gadis itu juga memandang ke arah saya. Kami saling bertatapan beberapa saat. Kemudian dia tersenyum dan terus menatapku dengan tatapan syahdu. Tatapan yang membuatku teringat salah satu baris puisi di film Ada Apa Dengan Cinta :
"Lalu sekali ini aku melihat karya Surga dari mata seorang hawa"
Ia lalu berjalan ke arah saya. Setelah ia mendekat barulah saya pastikan bahwa ini adalah perempuan yang bernama Ida itu.
Wow, ternyata lebih cantik dari fotonya. Saat itu hati saya bergumam : “Dian Sastro kalau pakai jilbab, mungkin mirip Ida ini?”. Kami pun berjalan menuju taxi. Ida menjemput saya dengan ditemani Ratih, teman kuliahnya.
Eh, tunggu dulu,
darimana Ida tahu kalau itu saya? Kok tiba-tiba dia berjalan, tersenyum dan
seakan-akan udah pernah lihat saya sebelumnya.
“Tadi kamu bisa
langsung kenal saya ya?
“Kan pernah lihat
fotonya Kak An di rumahnya waktu saya berkunjung Lebaran lalu,” jawabnya. Saat itu saya masih berada di Makassar dan memang jarang pulang ke Bima.
Karena Ibu kami mengajar di sekolah yang sama, kadang mereka saling berkunjung gitu.
Alhamdulillah, artinya dia bisa menerima wajah saya yang ala kadarnya
ini. Semoga juga bisa menerima sifat saya yang masih banyak kekurangannya.
Perjalanan masih akan sangat panjang untuk menentukan cocok atau tidaknya.
Saat kami bertiga berjalan menuju tempat taxi, Ida tiba-tiba berkata :
“Sini Kak, saya bawain jaketnya,” katanya dengan suara lembut.
Lalu aku memberikan jaket sambil
menatap syahdu matanya yang bening. Ia menatap balik dengan senyuman manis. Masya
Allah, nikmat Tuhan manakah yang aku dustakan?.(*)
0 komentar