Jelang 11 Tahun. Bagian 4 : Pertengkaran

By Muhammad Anshor - Oktober 01, 2021

 

Ring Road Utara Yogyakarta.
Foto : yiskandar.wordpress.com

SEBENARNYA bukan pertengkaran. Lebih tepatnya mungkin misskomunikasi. Lebih tepatnya lagi, saya mungkin yang masih kekanak-kanakkan soal urusan percintaan, maklum minim pengalaman. Jadi di hari kedua saya berada di Jogja, Ida tiba-tiba SMS kalo dia hari itu tidak bisa menemani saya jalan-jalan karena ada urusan kampus.

Bukannya urusan kampus udah selesai dan dia tinggal menunggu wisuda aja? Bukankah salah satu alasan saya jadi ke Jogja adalah karena dia memang sudah nggak ada kegiatan di kampus? Kok sekarang tiba-tiba ada urusan kampus? Artinya saya harus jalan-jalan sendirian di kota yang baru saya datangi ini.

Ingin rasanya saat itu juga pulang kembali ke Makassar (tuh kan saya masih kekanak-kanakkan). Niat pulang itu tentu saja hanya sebatas niat. Saya kemudian membalas SMS Ida dengan bertanya, apakah kegiatan kampus itu penting dan tidak bisa ditunda? Ia bilang penting dan tidak bisa ditunda. Saya langsung memaklumi tapi tetap memberi kesan ke dia bahwa saya agak kecewa.

Seharian itu saya menghabiskan waktu dengan jalan-jalan sekitar penginapan. Kalo nggak salah di daerah Ring Road Utara. Jogja ini memang indah ya. Suasananya membuat hati sangat nyaman. Kulinernya juga beraneka ragam pilihan dengan rasanya yang enak.

Ingin rasanya pergi ke daerah Gunung Merapi, melihat dari dekat pesona ciptaan Tuhan. Tapi saya nggak mau pergi sendiri. Ida mana sih? Awas aja besok dia masih beralasan ada kegiatan kampus. 

Masa jauh-jauh ke Jogja untuk menemui seorang gadis, ujung-ujungnya jalan sendiri. Kalo besok dia masih sibuk, benar-benar saya akan langsung pulang ke Makassar (fix, saya memang kekanak-kanakkan).

***

Keesokan harinya ketika saya sedang menikmati sarapan di teras kamar penginapan, dari kejauhan saya melihat Ida berjalan ke arah saya. Dari raut wajahnya sepertinya ia merasa bersalah. Ia kemudian duduk di kursi di depan meja makan. Tertunduk tanpa sepatah kata.

Ingin rasanya saya diam juga. Tapi entah kenapa, sama wanita ini saya nggak bisa lama-lama diam atau marah. Tidak hanya pagi ini, belasan tahun kemudian dan bahkan setelah kami menikah, saya nggak bisa lama-lama terlibat saling diam atau saling ngambek. Saya pasti akan segera memperbaiki suasana agar ceria kembali.

“Kita jalan-jalan ke mana hari ini?,” tanya saya.

Ia kemudian tersenyum kembali dan ikut menemani saya sarapan. Saya di Jogja selama tujuh hari dan banyak tempat yang kami kunjungi. Saya juga akhirnya pergi ke daerah kaki Gunung Merapi ditemani pujaan hati saya itu. Suasana cukup sedih ketika Ida harus mengantar saya ke Bandara Adi Sucipto untuk kembali ke Makassar.

Mata kami bertatapan. Kemudian kami saling mengucapkan doa dan menyampaikan salam perpisahan. Saya melihat matanya Ida berkaca, sedangkan saya sekuat mungkin menahan untuk tidak menunjukkan kesedihan. Ketika dia membalikkan badannya saya pun menuju pintu keberangkatan bandara.

Di ruang tunggu, sesuatu yang dari tadi saya tahan, akhirnya tumpah. Tidak pernah saya sesedih ini berpisah jarak dengan perempuan. Dalam hati saya berdoa : “Ya Allah, hamba mau wanita ini yang menjadi jodoh hamba, Aamiin”.

Alhamdulillah, Doa ini terkabul tiga tahun kemudian. Kami terjalin dalam sebuah ikatan suci pernikahan, tepat pada Hari Jumat, 08 Oktober 2010. Jumat pekan depan, 08 Oktober 2021 adalah Hari Jadi ke-11 Pernikahan kami. Semoga Allah tetap memberikan kami kekuatan cinta untuk dapat terus bersama hingga ke-Surga-NYA, Aamiin.(*).

***

Tulisan ini adalah edisi terakhir tentang “Jelang 11 Tahun”.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar